Jumat, 23 April 2010
TEORI TERBENTUKNYA JAGAD RAYA
1.TEORI LEDAKAN BESAR (Big Bang)
Teori Big Bang atau Teori Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.
Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi
terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta
akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu
pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
George Gamaw (fisikawan)
mengkaji model asal alam semesta ini dan menghirung ledakan yang
menghasilkan sejumlah besar letupan foton-foton ini, tergeser merah oleh
ekspan si alam semesta yang diamati sekarang sebagai foton-foton
gelombang radio dan temperatur 3 K merupakan penjelasan yang baik
sebagai radiasi latar (background radiation) yang ditemukan oleh Arno Penzias dan Rober Wilson di Amerika tahun 1965.
2.TEORI KEADAAN TETAP (THE STEADY STATE THEORY)
Tahun 1948, teori kedaan-tetap atau teori alam semesta tak terhingga dicetuskan oleh Fred Hoyle, Thomas Gold dan Hermann Bondi sebagai alternatif dari teori ledakan besar (Big Bang theory).
Teori ini tidak lebih dari perpanjangan paham materialistis abad ke 19
yang mengabaikan adanya sang Pencipta dan model semesta yang tanpa
batas. Menurut model ini, ketika alam semesta mengembang, materi baru
terus-menerus muncul dengan sendirinya dalam jumlah tepat sehingga alam
semesta berada dalam “keadaan stabil”.
Galaksi
baru yang terciptakan dari materi baru ini akan membuat jagat raya
tampak sama sepanjang masa. Untuk mempertahankan kerapatan jagat raya
konstan, laju penciptaan materi cukup kecil yakni satu atom hidrogen per
sentimeter kubik setiap 1 milyar tahun. Dengan kata lain, alam semesta
menurut teori ini adalah statis/tetap, tidak permulaan atau akhir.
Walaupun mereka mengakui bahwa alam semesta berekspansi, namun mereka
menyatakan bahwa alam semesta akan tetap sama kelihatannya sampai
kapanpun. Teori ini segera runtuh dan tidak banyak penggemarnya ketika
ditemukan radiasi latar belakang kosmik.
TEORI TERBANTUKNYA BUMI
1.Teori Kabut ( Nebula )
Teori ini dikembangkan oleh Immanuel Kant (Jerman)
tahun 1775 dan Pierre Simon de Laplace (Prancis) tahun 1799. Menurut
teori ini, awalnya tata surya adalah berupa gumpalan kabut (nebula) yang
berputar. Mula-mula putaran kabut lambat. Karena adanya perputaran,
volume dan suhu gumpalan berkurang dan akhirnya kabut ini menggumpal di
pusat putaran, membentuk lempengan padat. Lempengan ini berputar semakin
cepat sehingga ada bagian lempengan yang terlempar keluar dan kemudian
mengalami penurunan suhu. Bagian yang terlempar ini kemudian menjadi
planet-planet dan anggota tata surya lainnya. Inti kabut terus memadat,
menjadi matahari.
Teori
ini berhasil menjelaskan bahwa tata surya datar, yaitu orbit ellips
planet mengelilingi matahari hampir datar. Kelemahan teori kabut
disampaikan oleh James Clerk Maxwell dan Sir James Jeans yang
menunjukkan bahwa massa
bahan dalam gelang-gelang tak cukup untuk menghasilkan tarikan
gravitasi sehingga memadat menjadi planet. F.R. Moulton pun menyatakan
bahwa teori kabut tak memenuhi syarat bahwa yang memiliki momentum sudut
paling besar haruslah planet bukan matahari. Teori kabut menyebutkan
bahwa matahari yang memiliki massa terbesar akan memiliki momentum sudut yang paling besar.
2.TEORI APUNG BENUA (continental drift)
Hipotesis Pergeseran Benua merupakan gagasan yang dituangkan Alfred L. Wegener pada hipotesisnya yang dituangkan dalam buku berjudul The Origin of Continent and Oceans
(1912). Isinya, benua tersusun dari batuan sial yang terapung pada
batuan sima yang lebih besar berat jenisnya. Pergerakan benua itu menuju
khatulistiwa dan juga ke arah barat.
Hipotesis
utamanya adalah di bumi pernah ada satu benua raksasa yang disebut
Pangaea artinya “semua daratan” yang dikelilingi oleh Panthalassa artinya
“semua lautan”. Selanjutnya, 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah
menjadi benua-benua yang lebih kecil yang kemudian bergerak menuju ke
tempatnya seperti yang dijumpai saat ini.
Beberapa ilmuwan dapat menerima konsep ini namun sebagian besar lainnya tidak dapat membayangkan bagaimana satu massa
benua yang besar dapat mengapung di atas bumi yang padat dan mengapa
ini terjadi. Pemahaman para ilmuwan pengkritik adalah bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya vertikal. Tidaklah mungkin gaya
vertikal ini mampu menyebabkan benua yang besar tersebut pecah. Pada
masa itu belum dijumpai bukti-bukti yang meyakinkan. Wegener
mengumpulkan bukti lainnya berupa kesamaan garis pantai, persamaaan
fosil, struktur dan batuan. Namun, tetap saja usaha Wegener sia-sia
karena Wagener tidak mampu menjelaskan dan meyakinkan para ahli bahwa gaya utama yang bekerja adalah gaya lateral bukan gaya vertikal.
3.TEORI TEKTONIK LEMPENG (Plate Tectonics)
Setelah beberapa tahun kemudian Alfred L.Wegener mengajukan
teorinya pada tahun 1968. Teori itu dinamakan Teori Tekeonik Lempeng.
Teori ini menyaakan bahwa bagian atas bumi terdapat litosfer yang
terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat.
Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat
tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala
waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength)
yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer
sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih
dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates).
Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang
lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer.
Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng,
baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform
(menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan
pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang
batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100
mm/a.
TEORI TERBENTUKNYA JAGAD RAYA
1.TEORI LEDAKAN BESAR (Big Bang)
Teori Big Bang atau Teori Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.
Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi
terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta
akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu
pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
George Gamaw (fisikawan)
mengkaji model asal alam semesta ini dan menghirung ledakan yang
menghasilkan sejumlah besar letupan foton-foton ini, tergeser merah oleh
ekspan si alam semesta yang diamati sekarang sebagai foton-foton
gelombang radio dan temperatur 3 K merupakan penjelasan yang baik
sebagai radiasi latar (background radiation) yang ditemukan oleh Arno Penzias dan Rober Wilson di Amerika tahun 1965.
2.TEORI KEADAAN TETAP (THE STEADY STATE THEORY)
Tahun 1948, teori kedaan-tetap atau teori alam semesta tak terhingga dicetuskan oleh Fred Hoyle, Thomas Gold dan Hermann Bondi sebagai alternatif dari teori ledakan besar (Big Bang theory).
Teori ini tidak lebih dari perpanjangan paham materialistis abad ke 19
yang mengabaikan adanya sang Pencipta dan model semesta yang tanpa
batas. Menurut model ini, ketika alam semesta mengembang, materi baru
terus-menerus muncul dengan sendirinya dalam jumlah tepat sehingga alam
semesta berada dalam “keadaan stabil”.
Galaksi
baru yang terciptakan dari materi baru ini akan membuat jagat raya
tampak sama sepanjang masa. Untuk mempertahankan kerapatan jagat raya
konstan, laju penciptaan materi cukup kecil yakni satu atom hidrogen per
sentimeter kubik setiap 1 milyar tahun. Dengan kata lain, alam semesta
menurut teori ini adalah statis/tetap, tidak permulaan atau akhir.
Walaupun mereka mengakui bahwa alam semesta berekspansi, namun mereka
menyatakan bahwa alam semesta akan tetap sama kelihatannya sampai
kapanpun. Teori ini segera runtuh dan tidak banyak penggemarnya ketika
ditemukan radiasi latar belakang kosmik.
TEORI TERBANTUKNYA BUMI
1.Teori Kabut ( Nebula )
Teori ini dikembangkan oleh Immanuel Kant (Jerman)
tahun 1775 dan Pierre Simon de Laplace (Prancis) tahun 1799. Menurut
teori ini, awalnya tata surya adalah berupa gumpalan kabut (nebula) yang
berputar. Mula-mula putaran kabut lambat. Karena adanya perputaran,
volume dan suhu gumpalan berkurang dan akhirnya kabut ini menggumpal di
pusat putaran, membentuk lempengan padat. Lempengan ini berputar semakin
cepat sehingga ada bagian lempengan yang terlempar keluar dan kemudian
mengalami penurunan suhu. Bagian yang terlempar ini kemudian menjadi
planet-planet dan anggota tata surya lainnya. Inti kabut terus memadat,
menjadi matahari.
Teori
ini berhasil menjelaskan bahwa tata surya datar, yaitu orbit ellips
planet mengelilingi matahari hampir datar. Kelemahan teori kabut
disampaikan oleh James Clerk Maxwell dan Sir James Jeans yang
menunjukkan bahwa massa
bahan dalam gelang-gelang tak cukup untuk menghasilkan tarikan
gravitasi sehingga memadat menjadi planet. F.R. Moulton pun menyatakan
bahwa teori kabut tak memenuhi syarat bahwa yang memiliki momentum sudut
paling besar haruslah planet bukan matahari. Teori kabut menyebutkan
bahwa matahari yang memiliki massa terbesar akan memiliki momentum sudut yang paling besar.
2.TEORI APUNG BENUA (continental drift)
Hipotesis Pergeseran Benua merupakan gagasan yang dituangkan Alfred L. Wegener pada hipotesisnya yang dituangkan dalam buku berjudul The Origin of Continent and Oceans
(1912). Isinya, benua tersusun dari batuan sial yang terapung pada
batuan sima yang lebih besar berat jenisnya. Pergerakan benua itu menuju
khatulistiwa dan juga ke arah barat.
Hipotesis
utamanya adalah di bumi pernah ada satu benua raksasa yang disebut
Pangaea artinya “semua daratan” yang dikelilingi oleh Panthalassa artinya
“semua lautan”. Selanjutnya, 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah
menjadi benua-benua yang lebih kecil yang kemudian bergerak menuju ke
tempatnya seperti yang dijumpai saat ini.
Beberapa ilmuwan dapat menerima konsep ini namun sebagian besar lainnya tidak dapat membayangkan bagaimana satu massa
benua yang besar dapat mengapung di atas bumi yang padat dan mengapa
ini terjadi. Pemahaman para ilmuwan pengkritik adalah bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya vertikal. Tidaklah mungkin gaya
vertikal ini mampu menyebabkan benua yang besar tersebut pecah. Pada
masa itu belum dijumpai bukti-bukti yang meyakinkan. Wegener
mengumpulkan bukti lainnya berupa kesamaan garis pantai, persamaaan
fosil, struktur dan batuan. Namun, tetap saja usaha Wegener sia-sia
karena Wagener tidak mampu menjelaskan dan meyakinkan para ahli bahwa gaya utama yang bekerja adalah gaya lateral bukan gaya vertikal.
3.TEORI TEKTONIK LEMPENG (Plate Tectonics)
Setelah beberapa tahun kemudian Alfred L.Wegener mengajukan
teorinya pada tahun 1968. Teori itu dinamakan Teori Tekeonik Lempeng.
Teori ini menyaakan bahwa bagian atas bumi terdapat litosfer yang
terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat.
Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat
tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala
waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength)
yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer
sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih
dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates).
Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang
lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer.
Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng,
baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform
(menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan
pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang
batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100
mm/a.
Dear Kintan,
ReplyDeleteBlognya sudah bagus. Setelah dinilai, artikelnya ditambah terus ya